Selamat hari lahir, Mars.

————————————————

Setelah membeli beberapa snack, pembalut juga makan malam tadi, Mars segera mengajak isterinya untuk makan malam bersama. Tidak lupa, pria itu juga membuat teh hangat untuk si gadis.

Ah, sepertinya Mars harus berterima kasih kepada Ibunya di Surabaya karena sudah mengajari bagaimana caranya menyeduh teh.

Setelah makan, Mars juga Sea segera bersiap untuk tidur sebab besok keduanya harus kembali menghadapi dunia. Walau libur, Mars tidak terbiasa untuk bangun di siang hari. Itu sebabnya ia selalu berlari di minggu pagi.

“Mars,” Sea keluar dari kamar membuat Mars yang sedang menggelar kasur lipat di ruang tamu menghentikan pergerakannya.

Pria itu beralih, “kenapa? perutnya masih sakit?”

Sea mengangguk kecil lalu berjalan mendekat ke arah Mars. “Lo... mau tidur di kamar?”

“Eh?” Pria itu mengerjapkan matanya dua kali. Lalu dilanjut dengan seutas senyum tipis yang hangat. “Kok balik pakai lo-gue lagi? kayanya tadi udah aku-kamu.”

Sea mendudukan dirinya di kursi tamu. “Kebiasaan...” Ia menghela napasnya, “jadi mau tidur di kamar nggak?”

Mars menggeleng karena sampai kapanpun ia tidak akan tidur di kamar dan membiarkan si gadis tidur di ruang tamu. Kenyamanan Sea adalah keutamaannya sekarang.

“Nggak mau tidur sama aku, ya?” Sea mengerucutkan bibirnya lucu.

Masa datang bulan adalah masa yang selalu menyiksa untuk setiap perempuan— termasuk Sea. Moodnya bisa berubah-ubah tanpa dipinta. Kadang menyebalkan atau bahkan menggemaskan.

“Harusnya aku yang nanya,” Mars ikut duduk di samping Sea, mengelus surai sebahu itu dengan lembut. “Kamu nggak apa-apa kalau berbagi kasur sama aku?”

Sea menangguk, menjatuhkan kepalanya di bahu Mars. Lalu kembali meringis saat perutnya kembali sakit.

“Apa? Apa yang sakit?” Mars jongkok di depan Sea lalu mengambil dua jemari gadis itu. “Aku bingung harus ngapain kalau kamu terus-terusan nahan sakit...”

Sea tertawa kecil walaupun perutnya masih terasa sakit ia meraih tangan suaminya untuk di bawa masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi ranjang. Gadis itu melihat ke arah jam dinding. Satu menit lagi.

“Mars, tunggu di sini ya...”

Si pria mengeriyit dan hanya memerhatikan setiap pergerakan Sea yang sekarang sudah di depan lemari pendingin.

Gadis itu berjalan mendekat ke arah Mars dengan kue ulang tahun seadanya yang tadi ia buat dengan bantuan Jeffrian.

Walaupun tingkahnya agak menyebalkan, Jeffrian tetap seseorang yang patut diandalkan ketimbang Arnav si sahabat Sea.

“Happy birthday Mars!”

Mars menyunggingkan senyum penuh saat sang isteri kembali masuk ke dalam kamar dengan satu kue tanpa hiasan di sana.

“Sea?” Ia mengerjap tidak percaya. Pasalnya, Sea selalu mengaku kalau ia tidak bisa masak. Lalu kenapa tiba-tiba bisa membuat kue?

Sea menyodorkan kue itu ke Mars. Meminta sang suami untuk segera meniup lilinnya. Tanpa sadar kedua sudut bibir tipis Sea terangkat penuh. “Make a wish dulu, Mars.”

Mars mengangguk, memejamkan matanya di depan lilin yang masih menyala. “Semoga tahun ini lebih banyak pencapaian. Semoga aku lebih baik ke depannya, di beri kesehatan sepanjang masa. And last but not least, semoga isteriku bisa dengan segera meletakkan seluruh rasanya ke aku.”

Ditempatnya Sea bungkam. Ia mengendurkan senyumnya kala mendengar penuturan pemuda Antarion di sampingnya. Sea membuka matanya lebih dulu ketimbang Mars. Ia merasa bersalah.

“Yay! Kita makan kuenya sekarang ya, Sea?” Mars berlari kecil ke dapur untuk mengambil pisau. Lalu kembali lagi ke kamar dan mendapati Sea yang sedang berjongkok di depan ranjang.

“Sea? Perutnya sakit, ya?” Mars meletakkan pisaunya di atas meja kecil lalu ikut mensejajarkan tubuhnya di samping Sea. Ia menyingkirkan surai gadis itu yang menutupi wajah. “Kenapa, sayang?”

Sea diam di tempatnya. Melihat Mars di bawah lampu kamar yang tidak terlalu terang membuatnya yakin kalau semesta tidak main-main mengirimkan Mars ke kehidupannya. Terlebih, panggilan sayang yang keluar dengan lancar dari mulut pria itu membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

“Mars...” Sea mengalungkan tangannya di leher sang suami. Menenggelamkan dirinya di ceruk leher pria itu dan menikmati elusan yang diciptakan oleh Mars di punggungnya. “Maafin aku...”

Pria itu mengulum senyum manisnya, “kamu nggak ada ngelakuin hal yang salah, Sea. Malah aku makasih karena udah dibikinin kue.”

“Mars, ajarin aku buat meletakkan seluruh rasaku ke kamu.”

Satu kalimat itu seketika membuat Mars merasa bahagia bukan main. Pasti, Sea. Pasti. Mars nggak akan bosan untuk mengajarimu.

“Ssst. Udahan ya nangisnya, nanti kamu capek.” Mars menjauhkan tubuhnya dari si gadis lalu menatap wajah itu sebentar. Dikecupnya dahi Sea beberapa detik. “Ayo ambil minum. Nggak enak kalau sesegukan.”

Sea mengangguk, mengikuti langkah Mars yang menarik tangannya lembut. Dari pada suami-isteri, mereka lebih cocok seperti ayah dan anak kalau gini.

Gadis itu meneguk habis air hangat yang baru saja diberikan oleh suaminya. Lalu berjalan ke arah lemari pendingin untuk mengambil satu piring buah kesukaan sang suami. “Makan semangka aja, ya? Gue nggak yakin kuenya layak untuk dimakan.”

Mars tersenyum, menerima semangka kesukaannya. “Aku, Sea.”

“Lupa...” Sea menunjukkan jajaran gigi bersihnya.

Mars merogoh saku celana untuk mendapati ponselnya, lalu mengambil beberapa gambar untuk ia jadikan gambar di layar utama ponsel.

“Kamu mau?” Mars mengarahkan garpunya ke hadapan sang isteri yang langsung mendapat gelengan. “Kenapa? perutnya masih sakit?”

Sea mengangguk.

“Yaudah, nanti mau tidur aku kompres pakai handuk hangat, ya?” katanya sambil kembali melahap buah kesukaannya itu. “Oh iya, kuenya taruh di kulkas aja. Besok aku makan.”

“Itu... aku takut kamu sakit perut pas makan. Soalnya... baru pertama kali bikin.” Balasnya sambil mengetukkan jemarinya di atas meja makan.

Mars tersenyum, lagi. Ah, hari ini pria itu banyak tersenyum rupanya. “Jadi aku orang pertama yang bikin kamu susah payah bikin kue?”

Si gadis mengangguk dan tertawa kecil, “iya. Nggak tau. Soalnya kaya kepingin bikin kue aja tiba-tiba.”

“Kamu tau dari mana ulangtahunku?” Mars meneguk air mineralnya. Lalu berjalan memasak air hangat untuk mengompres perut isterinya.

“Table Calendar kamu...”

a/n : HAPPY MARK LEE DAY!❤