Nyanyian untuk Gerhana
Sambungan panggilan video call yang dilakukan oleh Arnav akhirnya disambut oleh si gadis, Gerhana.
Terlihat wajah lelah Arnav, dan wajah mengantuk Gerhana. Arnav tersenyum, memandangi wajah gadisnya yang ia rindukan beberapa hari ini.
“Ngantuk, ya? Kenapa ga bilang? Hm?” senyum Arnav merekah, masih dengan seksama memandangi wajah gadisnya. Matanya tak berpaling barang sedetik. Seolah, jika berpaling sedetik saja— ia akan kehilangan gadisnya itu.
“Ha? Engga kok, cuma sedikit. Kamu kenapa belum bobo? Muka mu kelihatan capek banget, Nav.” Mata gerhana ikut memandangi wajah pria yang menyandang status sebagai pacarnya itu, ikut tersenyum mengamati secara seksama sebagai penebus rindu.
“Iya, tapi capekku hilang pas liat kamu. Han, aku rindu.” Suara pria itu terdengar lagi, dan menghadiahkan semburat merah di kedua pipi gadisnya.
“Aku juga rindu kamu, Arnav.”
Mereka saling berpandangan, seolah mencurahkan semua rasa rindu melalui panggilan video tersebut.
“Kamu bobo, ya? Aku nyanyiin. Jangan nolak, mukamu udah kelihatan banget nunjukkin kalo kamu capek sama ngantuk banget.”
“Bobo, ya? Dengerin aku nyanyi aja.”
Gadis itu mengangguk, dan setelahnya terdengar alunan musik dan suara merdu dari prianya. Tidak butuh waktu lama, seperkian detik setelah suara merdu itu menusuk ke telinganya, mata gadis itupun ikut tertutup— terbawa oleh alunan suara dan nada-nada yang indah.
Arnav menyanyikan lagu tersebut dengan sangat lembut, seolah benar-benar menghantarkan gadisnya menuju ke tempat paling aman dan tentram yang ada di alam semesta ini.
Hingga di akhir penutupan lagu, Pria itu tertawa kecil. Ketika menyadari jika ponsel gadisnya terjatuh, dan gadis nya mampu benar-benar tertidur lelap malam ini.
“Selamat tidur, Hanaku. Malam ini aku titipkan lagi kamu dengan semesta dan seisinya. Besok-besok, dan semoga secepatnya semesta mau merestukan aku untuk menemani tidur dan menjaga malammu secara langsung.”
“I love you, Hana.”