Karena aku bukan kamu.

Yang bisa merelakan dengan mudahnya.

Doyoung mengerjap beberapa kali saay mendapati punggung isterinya yang sedang sibuk memotong apel menjadi beberap bagian. Di meja makan sudah ada satu mangkuk telur mentah juga teh hijau hangat yang asapnya masih mengepul. Sesekali sang isteri berjalan ke sana kemari untuk menyicipi rasa dari masakannya. Kadang ia tersenyum tipis saat dirasa pas.

Pria itu melangkah maju, memeluk daksa isterinya yang sedang memotong buah apel. Ia menempelkan dagunya pada bahu sang isteri. Sesekali ia menghirup aroma dari rambutnya, “maafin aku...”

Wanita itu menghela napas, menyingkirkan lengan yang melingkar dari pinggangnya. “Awas dulu, repot banget, sih?”

“Maafin aku dulu..” katanya sambil sesekali mengecup pipi sang isteri.

Ayla mengangguk kecil kemudian karena semakin lama Doyoung semakin banyak tingkah. Untung saja Jaemin kuliah, Raina sekolah dan Jeno masih terlelap.

“Oke! Sebagai gantinya pagi ini aku yang masak!” katanya bersemangat dan melepaskan apron sang isteri, memakai pada tubuhnya sendiri. “Mau bikin cup cakes deh.”

Wanita itu hanya diam, berjalan ke arah meja makan dan duduk di sana. Memerhatikan setiap gerakan yang dibuat oleh suaminya. Ini adalah hal yang selalu Ayla lakukan dulu saat bersama Jaehyun. Karena dulu Ayla tidak bisa memasak dan Jaehyunlah yang mengajarinya.

“Sushi atau Cake?” Doyoung meminta pendapat Ayla sambil lanjut memotong buah apel.

“Jaehyun.” ucap Ayla karena agak terkejut saat Doyoung yang tiba-tiba bertanya.

Pria di depan sana tersenyum kecil, “lagi mikirin Jaehyun, ya?” lalu berjalan untuk menyalakan oven. Ia berniat akan membuat cake saja pagi ini— siapa tau Raina menyukainya.

Ayla mengangguk singkat yang membuat Doyoung semakin menggenggam erat pisaunya seolah menyalurkan emosi di dalam dada.

“Mikirin apa?” Doyoung berjalan ke sana kemari mengambil bahan-bahan kue dari ruang persegi kecil khusus untuk menyimpan bahan makanan.

“Nggak...” balas si wanita sambil mengambil telur mentah dan teh hijau hangat, membawanya ke hadapan Doyoung yang sekarang justru sibuk dengan tepung.

“Bun, aku kalau diminta untuk ngelepas kamu sama Jae—” Doyoung menghentikan ucapannya saat Ayla meletakkan teh hijau juga telurnya di hadapan dengan wajah dingin.

Tadinya Ayla hendak membantu Doyoung untuk minum teh hijau hangat juga telur mentahnya. Tapi setelah pria itu mengucap kalimat yang sama sekali tidak ingin ia dengar keluar dari mulut suaminya, jadi malas.

Selama hampir satu jam Ayla hanya duduk di kursi makan, memerhatikan setiap gerakan yang dibuat oleh Doyoung saat membuat kue sekaligus menu makan siang. Beberapa kali ia mengeluh karena bosan, tapi tidak juga ditanggapi oleh Doyoung.

“Lucu, kan?”

Si wanita menghela napasnya, “jelek.”

Dia melipat bibirnya ke dalam, “masih marah?”

Ayla menggeleng, “udah itu diminum dulu teh hijaunya.”

“Peluk dulu.”

Ayla masih diam tak bergeming di tempatnya. Sedangkan Doyoung sibuk berjalan ke arahnya sambil memasang senyum tipis.

“Sana, ah.” Ia mendorong tubuh suaminya. “Kamu tau? Kalo kamu ngomong kaya gitu bikin aku tuh nggak layak banget, Do. Aku ini barang atau apa? Oper sana-sini. Heran banget deh. Kurang percaya kalau kamu nunggu aku selama sembilan belas tahun.”

“Ay, nggak gitu...” Doyoung menarik tangan isterinya yang hendak pergi meninggalkan area dapur. “Maksudku, kalau kamu emang mau balik sama Jaehyun—”

“Dua tahun bikin aku gila karena kamu emang nggak cukup membuktikan kalau kamu berpengaruh di hidup aku, ya, Do?” Ayla menunjuk dada Doyoung geram. Napasnya tersenggal-senggal menahan amarah. “Terus dengan seenaknya kamu minta aku buat balik sama Jaehyun? Oh... atau kamu emang mau nikah sama Dokter Rea?”

Pria itu menggeleng, “capek aku juga sama kamu, Ay. Kekanakan.”

“Yang kekanakan aku atau kamu? Mikir, Do. Tolong.” Ayla menghela napasnya, pikirannya runyam tidak tau kalimat apalagi yang harus ia pergunakan untuk pria di hadapannya. “Kalau kamu mau, talak aku sekarang.”

Doyoung mengerinyit, “berapa kali aku bilang? Ngambil keputusan di saat emosi itu nggak baik, Ayla!”

“Kalau nggak mau aku gegabah, jaga ucapan kamu, Doyoung!”