Do...
“DOYOUNG!” Ayla menekan bagian jantungnya, lalu membuka matanya lebar-lebar. Napasnya tersenggal bersamaan dengan daksanya yang tiba-tiba turut bangun dari posisinya.
Teriakannya menggema di ruang persegi itu, membuat pria di sampingnya ikut terbangun sambil menenangkannya. Ia mengangkat tangannya, meraih Ayla yang masih sibuk mengatur deruan napas yang tidak beraturan. “Hey, hey... i'm here...”
Ayla menatap pria di sampingnya yang sedang tersenyum dengan mata sayu— khas seperti orang bangun tidur. Tangan gemetar itu terangkat untuk menepuk pipi si pria. “Ini kamu....”
“Iya, ini aku.” katanya sambil memejamkan mata. Menikmati sentuhan jemari wanita di sampingnya. Tidak lama, si pria langsung mengambil jemari itu, mengecup beberapa bagian berulang kali. “Mimpi buruk, hm?”
Ia mengangguk, netranya menatap sekeliling ruang persegi itu. Ini hotel. Hotel di mana ia menginap. “Ini... kenapa?”
“Ay, kamu tuh pingsan di rumah sakit kata Mark. Terus aku bawa ke hotel karena aku yakin kalau kamu cuma kecapekan dan butuh istirahat.” Ia membawa daksa si wanita ke dalam pelukannya, mengecup puncak kepalanya lama seolah menyalurkan ketenangan yang ia punya.
Matanya memejam, berusaha mencerna apa yang terjadi. Potongan kejadian menakutkan kembali memutar di kepalanya membuat ia melingkarkan tangan dan memeluk erat pria di sampingnya.
“Handphone aku?” Ayla meraih ponselnya di atas nakas, melihat aplikasi pesan dan tidak mendapati apa-apa. Tidak ada nama Jeno maupun Jaehyun seperti di mimpinya. Lalu ia mengembuskan napasnya lega.
“Do...” Ayla menengadah lalu memerhatikan wajah tegas sang suami dari bawah sini. Hidung mancung, mata kecil, rahang tegas juga bibir tipisnya masih sama. “Kamu... nggak akan kemana-mana, kan?”
Ia menggeleng lalu tersenyum tipis. Pria itu tidak mau bertanya apapun dulu setelah sang isteri mendapati mimpi yang sangat buruk di tidur panjangnya. Dua belas jam sudah Ayla tidak menyadarkan dirinya, dan tentu saja membuat Doyoung agak khawatir akan hal itu.
“Do... aku bisa jelasin semuanya...” Ayla meletakkan kepalanya di depan dada bidang sang suami, terdengar detak yang berirama indah di sana. Ia menyukainya. Semua. Semua yang ada di dalam tubuh pria ini termasuk detak jantungnya.
Lagi, Doyoung mendaratkan bibirnya di puncak kepala sang isteri. “Maafin aku, ya?”
“Do, kamu harus tau satu hal.” Ayla menengadahkan wajahnya lagi, mengecup rahang tegas itu sekali. “Di setiap embusan napasku, selalu ada nama kamu di dalamnya.”
Doyoung yang meletakkan dagunya di atas kepala sang isteri terkekeh. “Itu artinya kamu sayang aku, kan?”
“Banget. Dan itu selalu. Jangan lagi pergi ya, Do? Aku nggak mau mimpiku jadi kenyataan...” Ayla makin menenggelamkan dirinya di pelukan sang suami. Memeluknya dengan erat seolah ia takut kalau pria itu akan diambil oleh Semesta dalam waktu yang dekat.
“Emang mimpi apa?”
Ayla tidak tau harus menjawab apa. Ia terlalu takut untuk kembali mengingat. Jadi ia hanya diam sambil menggeleng.
“Aku pamit?”
Kalimat itu. Kalimat yang sama dengan apa yang ada di dalam mimpinya dan demi apapun kalau Ayla sama sekali tidak mau mendengarnya lagi.
Sedangkan Doyoung terkekeh di tempatnya. Ada-ada saja. Bahkan di dalam mimpipun pria itu bisa membuat si wanita menangis.
“Kata Mama dulu, kalau kamu mimpiin seseorang meninggal itu artinya umur orang itu akan panjang. Semoga ya, Ay? Biar aku dapetin kesempatan dari Semesta untuk bahagiain kamu.” katanya panjang sambil mengelus punggung sang isteri. Tangannyaa terangkat untuk mengambil ponsel Ayla. Pukul sepuluh malam. “Mau makan, nggak? Aku temenin yuk makan di luar. Kamu udah pingsan duabelas jam. Nanti sakit kalau nggak langsung diisi perutnya.”
Ayla menggeleng dan kembali.memgeratkan tangannya di pinggang sang suami. “Nanti dulu, biarin aku kaya gini dulu.”
“Tumben?”
“Aku... terlalu takut kehilangan kamu, Mas. Mimpi menyeramkan kaya gini kayanya sugesti karena kamu marah pas lihat aku di cafe sama Jaehyun... JAEHYUN GIMANA, MAS?” Matanya membulat kala ia mengingat nama itu.
Doyoung menundukkan kepalanya, “Jaehyun... belum sadar dan keadaannya jauh lebih memburuk dari pada kemarin, Ay. Tapi Jaemin udah di rumah sakit...”
“Mas, tolong jangan pernah cemburu sama Jaehyun, ya? Aku sayang kamu.”
Dia terkekeh, “aku sayang kamu. Aku sayang kamu. Aku sayang kamu.” lalu membawa wajah isterinya untuk di kecup bagian dahi, kedua pipi, dan terakhir bibir manis yang selalu ia sukai. “Nggak pakai lip tint tapi kok tetap manis?”
Si wanita hanya terkekeh, lalu kembali menarik wajah sang suami mendekat dan mendaratkan bibirnya di sana. Awalnya hanya kecupan lalu berubah jadi lumatan lembut tanpa tuntutan. Tangannya meremat kaus putih yang dipakai sang suami, sedangkan Doyoung menahan tengkuk sang isteri guna memperdalam lumayan itu.
Napasnya tersenggal, tangannya terangkat untuk menepuk dada suaminya— memberi kode untuk segera menyudahi.
“Ayla, kamu tau kalau aku sayang kamu, kan?” Doyoung tersenyum, jemarinya menyelipkan rambut sang isteri ke belakang daun telinganya lalu membisikkan sesuatu di sana. “Ciuman tadi salah satu bukti kalau aku tulus ke kamu bukan sekedar napsu semata.”
Ia tersenyum, “Semesta juga tau, Mas. Bahkan duniapun cemburu karena aku yang akhirnya mendapatkan kamu.”
“Aku sayang kamu, dan itu selalu.”
Ayla tertawa, “aku sayang kamu dan itu selalu.” ulangnya. Lalu kembali memejamkan mata kala Doyoung meraup wajahnya, menabrakkan bibir dengan miliknya.