Bertahan.

————————————————

Ayla memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya memilih untuk masuk ke dalam cafe. Di kursi dekat kaca sudah ada Jaehyun dengan segelas minuman kesukaannya. Pria itu memerhatikan beberapa kendaraan yang berlalu lalang di luar sana. Tatapannya kosong sampai tidak menyadari kalau ada seorang wanita yang berdiri di belakangnya sejak lima menit yang lalu.

“Jaehyun...”

Dia menoleh, mengulum senyum tipis dan mempersilahkan si wanita untuk duduk di hadapannya. “Kamu mau pesan minum dulu?”

Ayla menggeleng, “nggak usah. Aku takut Doyoung udah sampai tapi aku malah nggak ada di kamar Jeno.”

Si pria menganggukkan kepalanya mengerti. Dia merogoh saku jaketnya lalu mengeluarkan empat amplop berwarna cokelat ke hadapan Ayla. “Aku nitip ini untuk Stef, ya Ay. Besok tolong bacakan di depan makamnya...”

“Kamu nggak akan balik ke Bandung, Jaehyun?” tanya Ayla sambil meraih amplop itu.

Dia menggelengkan kepalanya, “aku dan Aurel pindah ke Texas besok lusa. Kamu tolong bahagia sama Doyoung, ya?”

Tidak menjawab. Ayla justru sibuk memerhatikan tigas surat dari Jaehyun. “Ini aku harus bacain segini banyak di depan makam Stef?”

Jaehyun tertawa. Wanita itu memang masih dan akan selalu memiliki jalan pikiran yang tidak pernah bisa ketebak. Perilaku Ayla barusan sukses membuat Jaehyun mengingat masa-masa awal mereka berpacaran dulu.

Berawal dari taruhan bersama sahabatnya untuk mendapatkan Ayla lalu berakhir ia tidak bisa melepaskan si wanita pemilik senyum indah sejagat raya.

“Ini untuk kamu, Doyoung juga Stef.” Jaehyun menunjuk masing-masing nama yang tertulis di bagian depan amplop itu. Ia mengulum senyumnya, “yang punya kamu dan Doyoung jangan dibaca kalau aku belum sampai Texas, ya...”

Ayla yang sedang sibuk memasukkan amplop cokelat itu ke dalam tasnya seketika mengalihkan atensi, menatap raut wajah Jaehyun yang berbeda. “Kamu benar-benar mau ke Texas? Itu jauh, Jaehyun...”

“Aku harus melupakan Jakarta barang sejenak, Ay. Aku butuh hidupku kembali... aku juga mau menemukan 'dia' yang lain kaya kamu menemukan Doyoung.” Tangannya terangkat untuk menggenggam milik Ayla, mengelus punggung tangan wanita itu dengan lembut.

“Kalimatnya masih sama, Ayla.”

Si wanita mengerinyit, “kalimat?”

“I love you, babe. Tapi ada yang beda di bagian belakang.” Jaehyun tertawa kecil kala mengingat kalimat andalan yang selalu ia ucapkan untuk menengkan wanita kesayangannya. “Aku nggak bisa di samping kamu lagi... So, i love you, babe tapi aku nggak di sini.”

Untuk mengalihkan, Ayla hanya tertawa lalu mengambil ponselnya yang bergetar. Darahnya berdesir seketika. Matanya menatap setiap sudut ruangan— mencari si pengirim pesan.

“Siapa?”

Ayla meringis, “Doyoung...”

“Jangan takut, nanti aku yang jelasin ke Doyoung ya— eh sebentar!” Jaehyun berlari cepat kala netranya menatap satu gadis kecil berkuncir kuda lari di tengah jalan. Sedangkan di ujung sana terlihat truk pembawa pasir.

“JAEHYUN!” Ayla memekik kala truk itu dengan cepat menabrak tubuh Jaehyun yang hampir saja berhasil menyelamatkan si gadis kecil.

Wanita itu berlari cepat, secepat beberapa orang yang langsung mendekat ke arah daksa milik Jaehyun maupun si gadis kecil. Ayla meletakkan kepala Jaehyun yang bersimbah darah itu di atas pahanya, ia menepuk pipi pria itu untuk tetap menjaga kesadarannya.

“Jaehyun! Dengerin aku. Bertahan. Tolong, Jaehyun!” Ayla tidak lagi bisa menahan emosinya kala Jaehyun berusaha menahan sakit di sekujur tubuhnya tapi masih sempat tersenyum kecil.

“Ay... aku... sayang... kamu...” katanya.

Ayla menggelengan kepalanya, “kamu nggak boleh ke mana-mana, Jaehyun! Nggak Texas ataupun kembali ke Tuhan. Ayo Jaehyun, bertahan!”

Jaehyun menggeleng kecil, “Ay.... Sakit...”

“Jaehyun setidaknya bantu aku. Bantu aku buat jelasin semuanya ke Doyoung!” Ayla menepuk pipi Jaehyun cukup keras kala pria itu hampir menutup seluruh kelopaknya. “PANGGIL AMBULAN!”

“Jaehyun... tolong...”

“Ay...”

“Jaehyun.... bertahan.... aku mohon...”

Dia kembali tersenyum kecil, “kalau... aku... nggak... hidup lagi... tolong... buka... lemari... baju... di... kamar... Jaemin... yang... dulu...”

Ayla menahan napasnya kala senyum tipis itu hilang dan netra yang sebelumnya bersinar terang itu tertutup. Jantungnya seolah mati. Tidak ada lagi kalimat di otaknya. “Jaehyun...”