Akhir tapi bukan berakhir.

Hanya bagian tengah dari perjalanan yang panjang.

ayla menerobos masuk ke dalam pos di mana ada beberapa korban selamat dari tragedi itu saat jaehyun baru saja menghentikan mobilnya dengan sempurna. mata wanita bergerak ke sana-sini dengan gelisah, menghampiri satu persatu tenda yang dengan sengaja dibangun. kian lama netra itu memanas saat ia tidak juga menemukan seseorang yang sangat diharapkan.

“ayla!” jaehyun menarik tangan ayla agak kasar saat mendapati wanita menjambak rambutnya sendiri, frustasi. pria itu tidak mau ayla menyakiti dirinya sendiri apalagi harus merobek kulit kepalanya karena jambakan itu terlalu kuat.

“permisi,” kedua manusia berbeda jenis itu langsung mengalihkan pandangannya kepada seorang pria yang tampaknya lebih muda dengan satu alat pengeras suara di tangannya. sepertinya ia hendak mengumumkan sesuatu.

segala do'a sudah ayla panjatkan pagi ini. karena lagi-lagi ia mengetahui lewat berita kalau ada dua puluh korban yang selamat hari ini. tidak salah kalau rasanya ia berharap pria yang sedang berdiri di depan sana adalah manusia yang membawa kabar bahagia.

“Saya Xiaojun, salah-satu relawan yang berasal dari Jakarta akan memberitau siapa saja korban yang ditemukan dengan selamat hari ini.” katanya dengan senyum tipis yang dipaksakan, seolah ia mengetahui perasaan beberapa orang yang sedang menunggu kabar darinya.

ia meringsut ke bawah saat nama doyoung tidak juga disebutkan oleh pria bernama Xiaojun tadi. kakinya lemas seperti jelly setelah menyadari bahwa doyoung adalah salah-satu korban dari empatbelas lainnya yang tidak juga ditemukan.

“jadi untuk keluarga dari korban yang belum juga ditemukan, kami meminta keikhlasan hatinya. karena,” pria di depan sana menatap ayla yang sekarang sudah berjongkok di atas tanah dengan jaehyun yang menopang bahunya di samping kanan. “karena tidak ada manusia yang bertahan di dalam air selama lebih dari dua jam. dan sekarang, adalah hari ke tiga.”

jaehyun mengerinyit penuh tanya, “jadi, pencarian akan diberhentikan sampai di sini?” tanyanya sambil terus memegang pinggang ayla agar wanita itu tetap pada posisinya.

xiaojun menggeleng. “nggak, pak. pencarian akan tetap dilakukan tapi tidak seintensif biasanya karena cuaca akhir-akhir ini juga sedang tidak memungkinkan.” jelasnya yang dapat diterima oleh jaehyun.

sedangkan wanita di samping jaehyun mendesah frustasi, “JANGAN PERNAH BERHENTIIN PENCARIAN SEBELUM DOYOUNG DITEMUKAN!” katanya teriak. ayla sudah tidak lagi bisa menahan apa yang menjadi bebannya.

anak-anak yang tidak terurus lalu dirinya sendiri yang terlihat seperti sedang di ambang kehidupan. ayla lebih terlihat seperti orang yang depresi ketimbang seorang ibu dengan tiga orang anak.

xiaojun mengangguk, “kamu nggak janji, bu. tapi kami berusaha. saya pamit dulu ya, mau siapin makan siang.” lalu pergi ke arah tenda di mana para relawan ditempati.

“don't be sad, ayla. pasti ada keajaiban. aku di sini. jangan takut, ya?” jaehyun merengkuh daksa wanita itu, mengelus puncak kepalanya berkali-kali guna menenangkan.

“ayla, gimana?” seorang pria dengan kemeja hitam itu menarik tubuh ayla dari pelukan jaehyun dengan kasar.

ayla mengerinyit sambil memegang tangan jaehyun untuk meredam segala kesedihan yang kapan saja siap ditumpahkan.

aksara— pria tadi (kalau lupa dia kakaknya rea) tertawa sumbang. “suami lo hilang, ayla. tapi lo malah sibuk sama mantan suami lo? sadar, tolong. lo yang bikin doyoung buat ninggalin Lampung, kan? lo yang bikin doyoung untuk balik ke Jakarta cuma karena sifat lo yang kekanakan itu, kan?”

demi apapun, tidak ada kalimat yang lebih menusuk di hatinya saat ini selain milik pria berkacamata di hadapannya. ayla menangis, lagi. ia tidak membantah kalimat aksara karena memang begitu adanya. ia adalah penyebab dan kehilangan doyoung adalah akibatnya.

hidup itu adil, karena ada sebabpun diikuti oleh akibat.

“kurang ajar!” jaehyun si keras kepala menghantam wajah pria itu dengan pukulan kerasnya. pergerakannya berhenti saat tangan ayla menariknya. “ay? dia udah kelewatan sama kamu!”

ayla menggeleng.

sedangkan di sana aksara berusaha bangkit lalu tertawa lagi. “lo tau? arsha, cewek yang lo curigain sama doyoung itu sahabat dari isterinya kun. dan dia... dia ikut doyoung ke jakarta cuma buat jelasin apa yang terjadi ke lo.”

ayla mematung saat mendengar kalimat-kalimat yang begitu menyakitkan dari aksara. dan tentu saja, itu artinya... ia penyebabnya. kedua tangan wanita itu menjambak rambutnya, lagi.

“ay! stop!” jaehyun menarik tangannya lagi, mencoba menghentikan apa yang sedang dilakukan wanita itu. “jangan gini, ayla!”

“jaehyun... ketimbang doyoung dan arsha, aku lebih pantes mati.” katanya diiringi tangis yang kian lama makin mengecil.

doyoung... ayla capek menangis.

“ayla, kalo kamu punya seribu alasan untuk meninggalkan dunia. aku yakin kamu punya satu alasan untuk tetap bertahan hidup. jeno, jaemin dan raina nggak mau liat bundanya kayak gini! Kamu sekarang captainnya mereka, ayla! aku selalu di sini, sama kamu. sama kaluan. aku nggak akan ninggalin kamu lagi. jangan menyerah.”

di depannya, aksara tertawa. “arsha itu calon isteri gue, ayla. dan ya, lo bener. yang lebih pantes mati adalah lo.”

— THE END —